Hari kesekian, aku masih bertahan pada penantian. Menunggu sebuah
kabar yang dapat memberikanku sebuah senyuman.
Inilah kenyataan. Aku di lupakan. Kamu meninggalkan. Kematian
bagi semua impian.
Sayangnya aku lupa caranya melupakan semua hal yang pernah
terjadi di antara kita. Bisakah kamu membantuku?
Kapan terakhir kali kamu merindukan diriku?
Karena ketidakpedulian adalah proses melupakan yang
tertunda.
Dari setiap ketidakpedulianmulah, aku belajar mengecap
bagaimana pahitnya di lupakan.
Mungkin hati ini akan terus di sakiti, sampai pada akhirnya,
aku memutuskan nadi sendiri.
Pada akhirnya kita hanya akan di hadapkan dengan dua pilihan,
di tinggalkan atau meninggalkan.
Bukan melepasnya pergi, cuma mencegah hati sendiri terus tersakiti.
Jangan meninggalkan jika akhirnya tak pernah mau di
tinggalkan.
Mungkin dengan merelakan kita belajar apa itu mengikhlaskan
dan memaafkan.
Kita senang mengorek luka sendiri. Menikmati rasa sakitnya
dan membayangkan diri kita saat belum di lukai.
Mereka bilang setelah kehilangan kau juga lama lama akan
biasa. Mereka bohong.
Tak ada yang bisa mengingkari bahwa, banyak hal yang telah
hilang memang tak akan pernah bisa di ganti.
I don’t think you understand how scared i am to lose you.
Aku iri. Pada semua orang yang bisa menemuimu kapan saja.
Jika yang ingin lepas benar benar tak ingin lagi ditahan,
biarkanlah ia pergi dan mencari kebahagiaan.
I wish I could borrow the pain that i feel. No. Not to hurt you like you did to me. But, i want you understand , how it detroys me.
It hurts how can you ignored me so effortlessy.
Sumber : @mendekap @benzbara_ @falla_adinda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar